--> Skip to main content

Keteladanan Abraham Dalam Alkitab Sebagai Bukti iman Abraham

Ada begitu banyak karakter yang harus kita tiru dalam Alkitab. Salah satu karakternya adalah Yusuf. Kehidupan Joseph dalam Alkitab perlu ditiru dalam kehidupan kita sehari-hari. Selain Joseph, karakter lain adalah Abraham. Kami bahkan telah mengenal Abraham sebagai bapak dari semua orang percaya. Ini tentu didasarkan pada iman Abraham pada Tuhan yang sangat luar biasa.

Alkitab menceritakan perjalanan kehidupan Abraham mulai dari ketika ia masih bernama Abram sampai akhirnya ia kembali ke pangkuan Bapa. Ada banyak hal yang terjadi dalam hidupnya. Ada banyak keputusan penting yang perlu dia ambil sepanjang hidupnya. Dari setiap kisah, dari setiap keputusan, kita dapat melihat karakter Abraham. Kita dapat meniru karakter-karakter ini dalam kehidupan kita hari ini. Berikut ini beberapa contoh Abraham dalam Alkitab.

1. Rendah hati
Kejadian 18:27 Abraham menyahut: “Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan, walaupun aku debu dan abu.

Kejadian 23:4 “Aku ini orang asing dan pendatang di antara kamu; berikanlah kiranya kuburan milik kepadaku di tanah kamu ini, supaya kiranya aku dapat mengantarkan dan menguburkan isteriku yang mati itu.”

Pribadi yang rendah hati menjadi keteladanan Abraham dalam Alkitab yang ketiga. Abraham merupakan orang yang sangat dikasihi Allah. Ia diberkati dan disertai Allah dengan luar biasa. Namun, dengan hal tersebut, ia tidak menjadi sombong dan tinggi hati. Ia tetap mengakui bahwa ia hanyalah debu dan abu di mata Tuhan. Ia tetap mengakui bahwa Allah lah yang Maha Kuasa, yang berkuasa atas segala sesuatu. Ini menjadi bentuk penyembahan yang benar menurut Alkitab dari Abraham untuk Allah. Abraham tidak hanya bersikap rendah hati di hadapan Tuhan. Ia pun rendah hati di hadapan manusia. Ia tidak segan untuk mengatakan bahwa ia hanyalah orang asing dan pendatang. Padahal,  jika ia mau, ia dapat menggunakan kekayaannya untuk menuntut apa yang ia inginkan.

2. Mau berdoa untuk orang lain
Kejadian 18:23-24 Abraham datang mendekat dan berkata: “Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik? Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu? Apakah Engkau akan melenyapkan tempat itu dan tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di dalamnya itu?

Keteladanan Abraham dalam Alkitab yang kedua sangat sulit untuk kita lakukan. Abraham tidak mengenal semua orang di Sodom dan Gomora. Abraham hanya tahu bahwa Allah akan membinasakan orang-orang di sana. Namun, Abraham tetap memiliki belas kasih untuk mereka. Abraham mau berdoa untuk mereka, meminta pengampunan dari Allah.

Abraham berdoa bagi Sodom dan Gomora bahkan ketika hal itu tidak menguntungkan ataupun merugikan dirinya sendiri. Abraham memilih untuk menunjukkan kasihnya, dibandingkan membicarakan kejahatan Sodom-Gomora seperti tertulis pada ayat Alkitab tentang membicarakan keburukan orang lain. Hal ini tentu menjadi teladan untuk kita. Sebagai orang Kristen yang memiliki belas kasih, kita seharusnya tidak hanya terus berdoa untuk diri kita sendiri. Kita juga perlu untuk mendoakan orang lain.

3. Taat kepada Allah
Ada begitu banyak kesaksian yang menunjukkan betapa Abraham taat kepada Allah. Ia beriman, percaya, dan menyaksikan iman tersebut sepanjang kehidupannya. Keteladanan Abraham dalam Alkitab ini menunjukkan bagaimana Abraham taat tanpa kompromi. Ia tidak menanyakan apa maksud dan tujuan segala perintah Allah. Abraham tidak menuntut penjelasan, kehidupan yang baik. Ia hanya menjalani kehidupannya dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan.

Kejadian 12:4 Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lot pun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.

Ini adalah salah satu contoh kesaksian bagaimana Abraham taat kepada Allah. Pada Kejadian 12:1-3, Allah memerintahkan Abraham, yang saat itu masih disebut Abram, untuk pergi keluar dari negerinya. Allah tidak memberitahu kemana Allah akan membawanya.

Allah hanya mengatakan bahwa Ia akan memberkati Abraham. Tanpa banyak pertanyaan, tanpa meminta kepastian, ayat 4 menunjukkan bahwa Abraham langsung pergi, menuruti semua perintah Allah. Abraham tidak takut hidupnya berantakan karena ia percaya akan tergenapinya ayat Alkitab tentang keberhasilan dalam hidupnya.

Kejadian 22:9-10 Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.

Kita juga telah mengetahui bagaimana Abraham telah bersabar menantikan seorang keturunan. Allah telah memberikannya keturunan, tetapi pada Kejadian 22 Allah meminta Abraham untuk mengorbankan anaknya, yang sangat dikasihinya. Secara logika, hal ini tentu sangat sulit untuk dilakukan.

Mungkin jika kita ada di posisi tersebut, kita akan menolak dan berusaha negosiasi dengan Allah. Namun, nyatanya, Abraham tidak melakukan negosiasi apapun. Ia dengan taat, tanpa pertimbangan, bersedia untuk mengorbankan Ishak. Abraham menunjukkan sikap berserah yang diinginkan dalam ayat Alkitab tentang berserah.

Itulah tiga contoh Abraham dalam Alkitab. Tentu saja masih ada hal-hal lain yang bisa kita tiru dari Abraham. Namun, ketiga hal ini adalah hal yang sangat penting untuk kita tiru hari ini. Di tengah-tengah semua kesulitan, semua kesulitan, semua tantangan yang kita alami, kita harus mampu meniru ketaatan, kepercayaan, dan penyerahan diri Abraham kepada Tuhan. Sikap ini akan membantu kita untuk terus bersyukur dan memiliki motivasi untuk hidup seperti yang dikatakan dalam ayat Alkitab untuk motivasi hidup.

Selain itu, di tengah situasi yang penuh dengan kebencian, penuh kerusuhan saat ini, kita harus bisa meniru sikap Abraham yang ingin berdoa untuk orang lain, memohon belas kasihan Tuhan untuk orang lain. Meskipun kita mengalami banyak penghinaan seperti yang dikatakan ayat Alkitab tentang penghinaan agama, kita harus bisa memiliki belas kasihan untuk mereka. Di tengah maraknya nepotisme, arogansi, dan materialisme, kita dituntut untuk mampu meniru Abraham yang rendah hati. Dengan segala yang dimilikinya, jangan membuatnya sombong. Semoga kita dapat meniru Abraham agar menjadi lebih seperti Tuhan. Semuanya bermegah atas nama Tuhan. Tuhan memberkati.
Mungkin Anda Suka
Buka Komentar
Tutup Komentar