--> Skip to main content

3 Contoh Karangan Narasi tentang Pendidikan Dalam Bahasa Indonesia

Contoh Karangan Narasi tentang Pendidikan –Naratif adalah tulisan atau esai yang dikemas dalam kronologi waktu dari awal, tengah, dan akhir, dan bertujuan untuk memperluas wawasan dan menghibur pembaca. Karakteristik dalam naratif adalah adanya beberapa tahapan seperti orientasi, klimaks, reorientasi, konflik, dan penyelesaian masalah. Pada kesempatan ini akan disajikan beberapa contoh narasi bertema pendidikan. Selamat!

1. Aku Menyesal Tak Berilmu

Sekarang saya berumur 33 tahun dan saya hanya seorang ibu rumah tangga. Tanpa penghasilan kecuali hidup dari suami. Saya tidak punya penghasilan sendiri. Saya tidak tahu pekerjaan apa yang bisa saya lakukan. Bahkan ada yang lebih buruk dari itu, mengajari anak-anak saya mengerjakan PR bahkan saya tidak bisa. Ketika mereka bertanya tentang materi sekolah mereka, saya terdiam dan akhirnya saya mengatakan kepada mereka untuk mengikuti les. Mungkin bagi sebagian orang bimbingan belajar adalah kegiatan yang baik untuk anak-anak. Tetapi bagi saya, dengan mereka ada kegiatan tambahan di luar maka semakin sedikit waktu bersama kita.

Semuanya berawal ketika saya berumur 11 tahun. Saya berada di kelas 5 pada saat itu. Tidak seperti teman-teman sekolah-gila saya yang lain, saya merasa sangat bosan di sekolah. Saya sering keluar dari sekolah. Pergi ke sawah, sungai, atau hanya ke pasar. Orang tua saya tidak tahu semua itu. Mereka hanya tahu bahwa pagi saya pergi ke sekolah dan di sore hari pulang. Adegan parit ini saya lakukan untuk waktu yang lama. Sekitar dua bulan saya lebih sering putus sekolah.

Hal-hal yang tidak baik akan sulit untuk ditutup untuk waktu yang lama. Ini juga terjadi pada saya. Sekolah akhirnya memberi tahu orang tua saya tentang kebiasaan membolos. Orang tuaku kaget. Mereka sangat marah. Bahkan ayahku memukulku. Tidak lama setelah ibuku jatuh sakit. Ayah ibu mengatakan itu menyakitkan memikirkan aku. Saya mulai menyerah untuk pergi ke sekolah demi ibu. Tapi ayahku selalu kasar padaku setelah kejadian itu. Apalagi nilai saya kurang memuaskan untuk ayah saya.

Saya pergi ke sekolah pascasarjana. Nilaiku tidak cukup baik. Saya kemudian memberi tahu ayah saya bahwa saya tidak ingin pergi ke sekolah lagi. Saya tidak bisa belajar lagi. Sebenarnya saya tidak punya keinginan untuk belajar. Ayah dan ibu sudah kehabisan akal untuk membujukku pergi ke sekolah. Akibatnya muncul keputusan mengejutkan dari sang ayah. Dia memutuskan untuk menikahiku. Pria 29 tahun itu menjadi pilihan ayah. Saya tidak bisa membayangkan menikah dengan seorang pria 17 tahun dariku. Tapi saya tidak tahu apa yang ada di pikiran saya. Saya segera setuju dengan keputusan ayah saya. Menikah di usia muda akhirnya menjadi jalan hidupku.

Sekarang 21 tahun telah berlalu, dan saya baru saja merasakan hasil dari tidak berpendidikan. Tidak berpendidikan sangat merepotkan. Tidak ada pengetahuan yang membuat hidup menjadi sengsara. Pendidikan SD tidak dapat menjamin kehidupan. Hidup tidak hanya bisa dilengkapi dengan keterampilan dasar membaca, menulis, dan berhitung. Saya sangat menyesal atas keputusan saya 21 tahun yang lalu. Jika saya baru saja mengikuti kata-kata ayah dan ibu saya, saya akan sama suksesnya dengan teman-teman saya sekarang. Bahkan saya bisa bangga menjadi guru pertama bagi anak-anak saya.

. Bapak Pendidikan Nasional
Dunia pendidikan akan selalu bersyukur atas jasa pionir pendidikan sejak jaman penjajahan Belanda. Dia adalah Ki Hajar Dewantara. Perjuangannya selama era kolonial Belanda adalah untuk orang-orang pribumi untuk mendapatkan hak atas pendidikan seperti hak-hak priyayi dan Belanda. Perjuangan ini membuatnya dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan hari lahirnya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Nama kecilnya adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Di masa mudanya, Ki Hajar Dewantara aktif dalam organisasi sosio-politik. Dia selalu memberikan sosialisasi dengan tujuan membangkitkan kesadaran publik akan pentingnya persatuan kesatuan dan kenegaraan.

Ki Hajar Dewantara menjadi aktif dalam pendidikan ketika diasingkan di Belanda. Pada masa pengasingan ini, ia belajar pendidikan sampai ia memperoleh segelas Europeesche Akte. Gelar ini menjadi berguna ketika pada tahun 1919 ia kembali ke Indonesia dan berlatih sebagai guru. Langkah besarnya adalah ketika ia mendirikan Sekolah Sekolah Nasional Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1992. Banyak rintangan dan rintangan dilancarkan oleh pemerintah Belanda terhadapnya. Namun, dia masih berjuang untuk pendidikan. Sampai dia menciptakan slogan terkenal sampai sekarang.

Tut Wuri Handayani (di belakang memberi semangat). Ing Madya Mangun Karsa (di tengah menciptakan peluang untuk memulai). Ing Ngarsa Sungtulada (depan contoh). Motto ini kemudian digunakan sebagai slogan Kementerian Pendidikan Nasional.

2. Hikmah Disiplin dalam Belajar

Rani adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Ayah Rani adalah seorang tentara tentara. Keluarga mereka tinggal di rumah dinas khusus TNI. Ayah Rani selalu mengajarkan disiplin dalam segala hal. Mulai dari disiplin dalam beribadah, disiplin dalam beraktivitas, disiplin dalam berolahraga, dan disiplin dalam belajar. Ketegasan ayah Rani dalam menerapkan disiplin tidak berarti membuat anak-anaknya merasa takut. Hubungan antara ayah dan anak di antara mereka sangat harmonis.

Rani dan semua saudara kandungnya diajarkan untuk selalu belajar di siang hari. Sepulang sekolah, ayah Rani diajarkan untuk selalu mengerjakan semua pekerjaan rumah yang ditugaskan pada hari itu. Namun aktivitas itu harus dilakukan setelah mereka makan siang. Ketika pekerjaan sekolah selesai, Ayah membebaskan Rani dan saudara-saudaranya untuk bermain. Dan di malam hari, ayah saya wajib belajar dari ba'da isya sampai pukul 09.00 WIB.

Semua disiplin ini tidak memberatkan bagi Rani. Bahkan kebiasaan ini sebenarnya membawa kebijaksanaan luar biasa. Tempat tinggal Rani adalah area yang masih sulit untuk berkuasa. Listrik di daerah tersebut dapat mati selama sehari penuh atau bahkan hingga tiga hari. Suatu ketika listrik padam di malam hari hingga fajar. Pada hari itu ada banyak tugas sekolah untuk Rani dan teman-temannya. Ketika tiba di sekolah, hampir semua teman Rani mengeluh bahwa mereka tidak dapat melakukan pekerjaan itu karena listrik padam. Tapi itu tidak terjadi pada Rani. Rani sudah siap dengan semua tugas untuk hari itu. Rani juga mengatakan kepada guru dan semua temannya bahwa dia selalu terbiasa mengerjakan tugas sekolah di siang hari. Akibatnya ketika listrik padam di malam hari Rani tidak bingung karena belum selesai kerja sekolah. Ini adalah kebijaksanaan disiplin dalam belajar.


Sekian beberapa contoh karangan narasi tentang pendidikan. Semoga melalui contoh karangan tersebut dapat membantu Anda dalam memahami karangan narasi. Terima kasih.
Mungkin Anda Suka
Buka Komentar
Tutup Komentar