--> Skip to main content

Pengertian Puisi Prosais dan Contoh Puisinya

Pengertian Puisi Prosais dan Contoh Puisinya. Sepintas, puisi prosa sulit dibedakan dari prosa, mengingat bentuknya yang serupa. Namun, pada kenyataannya keduanya dapat dibedakan secara sederhana, dimana perbedaan antara dua karya sastra dapat dilihat dari dua aspek, yaitu karakterisasi dan juga alur / alur cerita. Dalam puisi prosa, kehadiran tokoh dan alur sama sekali tidak ada dalam karya sastra ini. Sementara itu, karya prosa seperti cerpen novel dekan sebenarnya memiliki kedua aspek dan menjadikan keduanya sebagai aspek utama dalam pembentukan sebuah prosa.

Puisi prosais merupakan puisi yang ditulis tidak dalam format larik atau baris, melainkan ditulis dengan format paragraf laiknya pada sebuah karya prosa. Gaya penulisan puisi prosais sendiri sudah lazim dipakai sejak lama oleh para penyair, baik itu penyair muda ataupun penyair yang sudah senior.




Pada Artikel kali ini, kita akan mengetahui seperti apa beberapa contoh dari jenis puisi ini. Adapun contoh-contoh tersebut bisa disimak di bawah ini!

Contoh 1:

Liburan Sekolah**
Karya: Joko Pinurbo

(1)
Liburan sekolah telah tiba, sepeda merahku melonjak gembira. Sambil ngebut di jalan pulang ia meminta, “BEsok ajak aku piknik ya, bang. Aku jenih tiap hari mengantarmu pergi pulang sekolah. Aku ingin jalan-jalan ke bukit dan lembah.”

Kuremas gagang stangnya yang kusam, kuberi ia sepotong janji: “tentu aku akan mengantarmu tamasya ke tempat yang seindah mimpi. Tapi kau tak boleh nakal. Tak boleh menabrak pantat orang. Tak boleh nyelonong ke jurang. Dan kalau belok harus pelan-pelan, jangan malah menabrak kecepatan.”

Ah sepeda merahku. Rodanya yang tak pernah baru kadang menggelinding ke halaman tidurku.



…………………………………………………………………………………

Contoh 2:

Sejak itu Aku Tak Tahu*
Karya: Candra Malik

Aku waktu yang kau tempuh untuk kemudian kau sangkal. Jejak perjalanan menuju yang telah lampau ternyata percuma kita jadikan penjuru. Perjumpaan yang kesekian lagi-lagi menegaskan perpisahan. Laki-laki macam aku tidak membutuhkan yang selain kehadiran. Kau boleh mempunyai seribu pertemuan dengan yang lain, aku tak melarang. Tapi yang di dadamu itu aku: sepi yang menunggu kau kecup dan seduhkan kopi.

Rindu terlalu jauh untuk mendekatkan kita. Menyayangimu serupa sajak yang tak mampu kutuliskan judul di atasnya. Kubaca berulang-ulang lalu kuhapus sejak tak kutemukan rasa selain bimbang dan guguran-guguran daunan. Terjerembab sendiri ke tanah karena letih dan menunggu angin.

Seenaknya kau melenggang dengan seluruh ingatan yang kau rampok dari akalku dan rindu yang kau rampas dari hatiku. Kini yang kupunya hanya lupa. Aku waktu yang kau tempuh hanya untuk kau sangkal. Terakhir kau di sini, aku sedang kau lelapkan lantas kau mengendap-endap pergi. Sejak itu aku tahu apakah kau padaku pernah mencintaiku.

Yogyakarta, 26 November 2015

Demikianlah beberapa contoh puisi prosa dalam bahasa Indonesia. Jika pembaca ingin melihat beberapa contoh puisi lainnya, pembaca dapat membuka artikel-artikel berikut, yaitu: contoh-contoh puisi baru dan miring, contoh-contoh sajak dan sajak baru, contoh sajak dan sonet baru, contoh sajak lama, puisi, contoh-contoh puisi mantra lama, contoh-contoh puisi mbeling kontemporer, dan contoh-contoh puisi kontemporer multibahasa. Semoga ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi semua pembaca, baik itu tentang puisi khususnya, atau bahasa Indonesia pada umumnya. Itu saja dan terima kasih.

*Disadur dari buku “Asal Muasal Pelukan” karya Candra Malik.

**Disadur dari buku “Selamat Menunaikan Ibadah Puisi” karya Joko Pinurbo.
Mungkin Anda Suka
Buka Komentar
Tutup Komentar