--> Skip to main content

Pengertian dan Macam-macam Bentuk Interaksi Sosial Disosiatif Dan Asosiatif Berserta Contohnya

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Asosiatif dan Disosiatif| Pembahasan sebelumnya, kita dapat simpulkan bahwa terdapat berbagai wujud dari interaksi sosial. Berdasarkan pendapat gillin menyebutkan dua macam dari proses sosial dengan timbul dari akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses asosiatif/bersekutu (processes of association) dan proses disosiatif/memisahkan (processes of dissociation). Proses interaksi sosial asosiatif adalah proses menuju terbentuknya persatuan atau interaksi sosial. Proses interaksi sosial disosiatif adalah proses oposisi (oppositional process) yang berarti tip berjuang melawan seorang ataupun sekelompok orang untuk meraih tujuan tertentu. Dari kedua macam interaksi sosial tersebut, diantaranya memiliki beragam bentuk antara lain s..Pada artikel kali ini kita akan membahas materi mengenai pengertian interaksi sosial disosiatif, proses sosial disosiatif, pengertian persaingan, macam macam persaingan, bentuk bentuk persaingan, fungsi persaingan, pengertian kontravensi, bentuk bentuk kontravensi, pengertian pertentangan, pengertian pertikaian, pengertian conflict, kontravensi, arti disosiatif, arti competition, dan maksud competition.

Interaksi Sosial Disosiatif

Setelah kita membahas berbagai hal tentang interaksi sosial asosiatif, kali ini kita akan membahas mengenai interaksi sosial disosiatif, apakah yang dimaksud dengan interaksi sosial disosiatif dan bagaimana bentuk-bentuknya serta contohnya akan dijelaskan berikut ini.


Pengertian Interaksi Sosial Disosiatif

Proses sosial disosiatif merupakan kebalikan dari proses sosial asosiatif.
 Proses sosial disosiatif merupakan proses sosial yang terjadi dalam kehidupan individu atau kelompok dalam suatu masyarakat dengan kecenderungan nilai negatif yang terkandung di dalamnya.
Pada manusia normal ada naluri untuk mempertahankan hidup. Perjuangan untuk tetap hidup (struggle for existence) yang dipopulerkan Charles Darwin seringkali menimbulkan bermacam-macam penafsiran. Pengertian tersebut dapat ditafsirkan sebagai suatu keadaan ketika selalu terjadi pertentangan antarmanusia untuk mendapatkan tempat tinggal.

Struggle for existence diartikan sebagai keadaan yang dapat menimbulkan kerja sama supaya dapat tetap hidup. Perjuangan ini paling sedikit mengarah pada tiga hal, yaitu perjuangan manusia dengan sesama, manusia dengan makhluk-makhluk jenis lain, dan perjuangan melawan alam.

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Disosiatif

Proses disosiatif dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, sebagai berikut.

1. Persaingan (Competition)

Persaingan merupakan proses sosial ketika individu atau kelompok manusia yang bersaing melalui bidang-bidang tanpa ada ancaman atau kekerasan.
Lihat selengkapnya tentang Persaingan.

2. Kontravensi (Contravention)

Kontravensi merupakan bentuk proses yang berada di antara persaingan, pertentangan, dan pertikaian. Kontravensi ditandai gejala-gejala ketidakpastian mengenai diri seseorang.
Lihat selengkapnya tentang Kontravensi.

3. Pertentangan atau Pertikaian (Conflict)

Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial ketika individu atau kelompok berusaha memenuhi suatu hal dengan jalan menentang pihak lain disertai dengan ancaman atau kekerasan.
Lihat selengkapnya tentang pertentangan.

A. Interaksi Sosial Asosiatif

Interaksi sosial secara asosiatif memiliki sifat positif, artinya mendukung seseorang atau kelompok dalam mencapai tujuan tertentu. Proses asosiatif memiliki bentuk-bentuk antara lain sebagai berikut...

1. Kerja Sama (Cooperation)
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antarindividu ataupun kelompok untuk mencapai kepentingan dan tujuan yang serupa, serta menyadarinya bermanfaat untuk dirinya atau orang lain. Kerja sama berorientasi antara individu terhadap kelompok (in group) dan individu terhadap kelompok lainnya (out group). Menurut Charles H. Cooley, kerja sama dapat berlangsung jika seseorang menyadari dirinya memiliki kepentingan yang sama dengan orang lain. Selain dari itu, pada saat yang sama memiliki pengetahuan dan pengendalian terhadap dirinya sendiri dalam memenuhi kepentingan tersebut. Kesadaran dari kepentingan yang sama dan juga pengorganisasian diri merupakan sesuatu yang penting dalam kerja sama.

Kerja sama akan bertambah kuat jika terdapat bahaya bahaya dari luar dan juga tindakan-tindak luar yang menyinggung kesetiaan yang telah tertanam dalam kelompok, dalam diri seseorang, atau segolongan orang-orang. Contohnya, kerja sama antara prajurit dalam satu kesatuan terjalin ketika menghadapi musuh dalam sebuah medan pertempuran. Proses sosial erat kaitannya dengan kerja sama ialah konsensus. Konsensus terjadi kalau dua pihak atau lebih ingin memelihara adanya hubungan dan masing-masing memandang sebagai kepentingan sendiri. Dalam mengadakan konsensul dapat muncul jika anggota kelompok mempunyai perbedaan pendapat. Dalam konsensus, pertentangan kepentingan terlihat nyata, tetapi tidak sebesar di konflik.

Bentuk-Bentuk Kerja Sama - Berdasarkan pelaksanaannya, kerja sama memiliki bentuk-bentuk antara lain lain sebagai berikut...

  • Kerukuran atau gotong royong ialah bentuk kerja sama yang dilakukan secara sukarela demi mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berkaitan langsung dengan orang-orang yang terlibat dalam gotong royong.
  • Bargaining, yaitu kegiatan perjanjian pertukaran barang ataupun jasa dua organisasi ataupun lebih
  • Kooptasi, yaitu prosedur penerimaan unsur-unsur baru di kepemimpinan dan pelaksanaan ketatanegaraan organisasi sebagai satu-satunya tips untuk menghindari adanya konflik yang dapat mengguncang organisasi
  • Koalisi, adalah kombinasi yang dilakukan dari dua organisasi atau lebih yang memiliki tujuan yang sama. Koalisi menghasilkan keadaan dengan tidak stabil karena ke-2 organisasi memiliki struktur tersendiri.
  • Joint-venture, adalah bentuk kerja sama dalam perusahaan proyek khusus, seperti pengeboran minyak dan juga perhotelan.
  • Berdasarkan bentuk kerjanya, kerja sama dibagi dalam beberapa macam antara lain sebagai berikut...
  • Kerja sama spontan adalah kerja sama serta-merta
  • Kerja sama langsung adalah kerja sama yang dilakukan dari hasil perintah atasan atau penguasa.
  • Kerja sama kontak adalah kerja sama atas dasar perintah tertentu.
  • Kerja sama tradisional adalah kerja sama sebagai bagian antaraunsur dalam sistem sosial


2. Akomodasi (accomodation)
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri individu atau kelompok manusia dengan semula saling bertentangan untuk upaya mengatasi ketegangan. Akomodasi berarti adanya keseimbangan interaksi sosial dengan norma dan nilai yang ada dalam masyarakat. Akomodasi seringkali merupakan cara untuk menyelesaikan pertentangan, entah dengan cara menghargai kepribadian yang berkonflik ataupun paksaan (tekanan).
Bentuk-Bentuk Akomodasi - Akomodasi sebagai proes mempunyai beberap bentuk antara lain sebagai berikut...

  • Koersi adalah bentuk dari akomodasi yang berlangsung karena paksaan kehendak suatu pihak terhadap pihak lain yang lemah dengan didominasi suatu kelompok atas kelompok lain. Contohnya sistem rezim (pemerintahan) totaliter.
  • Kompromi adalah bentuk dari akomodasi yng pihak-pihak terlibat perselisihan saling meredakan tuntutan sehingga tercapai suatu penyelesaian. Sikap dasar kompromi adalah semua pihak bersedia merasakan dan memahami keadaan pihak lain. Contohnya: perjanjian gencatan senajata antara kedua negara yang sedang terlibat perang.
  • Arbitrase adalah bentuk akomodasi yang terjadi apabila terdapat pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri. Maka dari itu diundanglah kelompok ketiga yang tidak berat sebelah (netral) untuk mengusahakan penyelesaian. Pihak ketiga tersebut berasal dari badan yang berwenang. Contohnya: penyelesaian pertentangan antara pengusaha dan serikat buruh diselesaikan melalui arbitrase (pihak ketiga yang netral).
  • Mediasi adalah pihak ketiga untuk penengah atau juru damai. Keputusan berdamai tergantung pihak-pihak yang betikai. Contohnya: mediasi pemerintah Republik Indonesia untuk mendamaikan faksi-faksi yang bersilih di kamboja.
  • Konsiliasi ialah upaya mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih untuk tercapainya suat persetujuan bersama. Konsiliasi bersifat lebih lunak dan membuka kesempatan mengadakan asimilasi. Contohnya, panitia tetap penyelesaian masalah ketenagakerjaan mengundang perusaan dan wakil karyawan untuk menyelesaikan masalah.
  • Toleransi adalah bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan resmi karena tanpa disadari dan direncanakan, adanya keinginan untuk menghindarkan diri dari perselisihan yang saling merugikan.
  • Stalemate adalah bentuk dari akomodasi yang terjadik ketika kelompok terlibat pertentangan dengan kekuatan seimbang. Dengan kesadaran ke-2 belah pihak maka tidak ada yang maju ataupun mundur sehingga pertentangan akan berhenti dengan sendirinya.


3. Asimilasi (assimilation) 
Asimilasi adalah usaha-usaha untuk meredakan perbedaan antarindividu atau antarkelompok guna mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Menurut Koentjaraningrat, prosedur asimilasi akan timbul bila ada kelompok-kelompok yang mempunyai perbedaan kebudayaan. Kemudian, individu-individu dalam kelompok tersebut berinteraksi secara langsung secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama, sehingga kebudayaan masing-masing kelompok berubah dan menyesuaikan diri.

Dalam asimilasi|penyerapan terjadi proses identifikasi diri dengan kepentingan-kepentingan dan tujuan kelompok. Apabila dua kelompok atau dua orang berbuat asimilasi, maka batas-batas antarkelompok akan hilang dan keduanya melebur menjadi satu kelompok baru.

Faktor-Faktor Mempermudah/Mendorong Asimilasi - Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi ialah

  • Sikap toleransi
  • Kesempatan yang seimbang dalam ekonomi (tiap-tiap individu mendapat kesempatan yang serupa untuk mencapai kedudukan khusus atas dasar kemampuan & jasanya)
  • Sikap menghargai orang-orang asing dan kebudayaannya
  • Tingkahlaku yang terbuka dari golongan penguasa dalam masyarakat
  • Adanya Persamaan pada unsur kebudaaan
  • Perkawinan campuran (amalgamasi)
  • Adanya musuh bersama dari luar.
  • Faktor-Faktor Penghalang/Penghambat Asimilasi - Sebaliknya, faktor-faktor yang menjadi penghalang terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut...
  • Terisolasinya kehidupan suatu kelompok tertentu dalam masyarakat. Misalnya, orang indian di Amerika Serikat yang diharuskan bertempat tinggal di wilayah-wilayah khusus (reservation).
  • Kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang dihadapi
  • Memiliki perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi
  • Terdapat perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lain.
  • Terdapat perbedaan warna kulit atau ciri-ciri badaniah.
  • Terdapat in group feeling yang kuat. Artinya, adanya suatu perasaan yang kuat bahwa individu terikat di dalam kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan
  • Terdapat gangguan golongan minoritas terhadap golongan yang berkuasa. Contoh, perlakuan kasar terhadap orang-orang jepang yang tinggal di Amerika Serika sesudah pangkalan Armada Laut Amerika Serikat Pearl Harbor diserang secara mendadak oleh tentara Jepang pada tahun 1941.
  • Memiliki perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi.


4. Akulturasi (Aculturation)
Akulturasi adalah proses penerimaan dan pengolahan unsur-unsur kebudayaan asing menjadi bagian dari kultur suatu kelompok, tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan asli. Akulturasi merupakan hasil dari perpaduan kedua kebudayaan dalam waktu lama. Unsur kebudayaan asing sama-sama diterima oleh kelompok yang berinteraksi, selanjutnya diolah tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan yang asli sebagai penerima.
Contoh Akulturasi:

  1. Kebudayaan Hindu dan kebudayaan Islam bertemu di Indonesia kemudian menciptakan kebudayaan Islam yang bercorak Hindu
  2. Musik Melayu bertemu dengan musik portugis dibawa oleh para penjajah menghasilkan musik keroncong
5. Paternalisme

Paternalisme adalah penguasaan kelompok pendapatang terhadap kelompok anak negeri. Perekonomian suatu wilayah kadang kala dikuasi oleh kelompok pendatang, bukan oleh penduduk anak negeri (pribumi). Kaum pendatang biasanya bertindak sebagai penguasa atau pemilik modal, sedangkan penduduk pribumi sebagai buruh atau pekerja. Kondisi ini sudah berakar jauh pada masa penjajahan dimana bangsa Belanda (sebagai kelompok pendatang) menguasai bangsa Indonesia (sebagai penduduk pribumi). Penguasaan ini tidak pada bidang ekonomi ataupun perdagangan, tetapi juga di bidang pertanahan, permodalan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Masalah sosial seperti ini hendaknya cepat diatasi agar tidak muncul kebencian dan konflik antara kaum pendatang dan warga pribumi (asli).
Mungkin Anda Suka
Buka Komentar
Tutup Komentar